Kamis, 03 Mei 2018

Kredit Pendidikan (Student Loan) Bersubsidi: Alternatif Pemberdayaan


Untuk dapat menilai suatu fenomena secara objektif, kita perlu memiliki pandangan yang komprehensif dari hulu ke hilir. Dalam konteks kredit pendidikan (student loan), maka kita perlu melihat hal ini secara utuh, dari mulai hal yang melatar belakangi, mekanisme, hingga kepada potensi dan kelemahan. Sebelum melangkah jauh, kita perlu memahami bahwa kredit atau utang dalam skema kredit pendidikan ini, bukan sekedar utang seperti halnya utang rokok yang dilakukan bapak-bapak tongkrongan di warung, atau utang minyak goreng ibu-ibu rumahtangga pada kios langgananya di pasar.
Utang dalam konteks kredit pendidikan dapat dikatakan sebagai utang yang dialokasikan untuk investasi. Seperti halnya pengusaha properti yang mengajukan kredit pada perbankan untuk membangun apartemen. Utang ini digunakan sebagai tambahan modal dalam rangka memperoleh manfaat yang lebih besar dikemudian hari. Namun tentu saja, perlu ada perhitungan yang matang agar utang yang diajukan tidak menjadi beban yang sia-sia.

Student Loan di Indoneisa, Mengapa dan Untuk Apa?
Dalam mengukur pembangunan manusia di sebuah negara, angka partisipasi kasar menjadi salah satu tolak ukur yang dapat digunakan dalam aspek pendidikan. Gross Tertiary enrollment rate atau Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi adalah indikator yang mengukur tingkat partisipasi penduduk yang berkuliah dalam kelompok umur kuliah. BPS mengklasifikasikan APK perguruan tinggi sebagai persentase jumlah siswa di seluruh perguruan tinggi/sederajat terhadap jumlah penduduk usia 19-24 tahun.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki APK perguruan tinggi yang cukup memprihatinkan dibandingkan negara-negara tetangganya yakni sebesar 23,30%. Dapat dikatakan, dari 10 orang berusia 19-24 tahun di Indonesia, hanya 2 urang yang masuk ke perguruan tinggi. Angka ini berada jauh dibawah rata-rata Asia Timur dan Asia Tenggara (bahkan setelah mengeluarkan negara maju dari perhitungan rata-rata) sebesar 38,78%. APK Perguruan tinggi Indonesia masih berada di bawah Vietnam (28,79%), Brunei (30,84%), Filipina (36,69%), Malaysia (42,37%), dan Thailand (45,89%).

Sumber: data.worldbank (2018), diolah penulis

Skema kredit pendidikan atau student loan ini dapat menjadi salah satu program yang mendorong APK perguruan tinggi di Indonesia, seperti halnya beasiswa bidikmisi, beasiswa prestasi, dan lain sebagainya. Seperti yang kita ketahui pula bahwa beasiswa memiliki kuota dan sumber pembiayaan yang terbatas, sementara jumlah usia produktif di Indonesia relatif besar. Maka kredit pendidikan bisa menjadi alternatif bagi masyarakat yang ingin mengenyam perkuliahan dengan keterbatasan dana serta tidak berhasil mendapatkan program beasiswa. Dengan kata lain, kredit pendidikan berpotensi menjadi fasilitas yang memperluas akses masyarakat terhadap pendidikan tinggi.



Skema Perkreditan Student Loan dengan Bunga dan Tanpa Bunga, Untung atau Buntung?

Sumber: diolah penulis dari berbagai Sumber; (1) Skema BTN dan BRI dari Tirto.id (18 April 2018, “Kredit Pendidikan Bank BUMN: Syarat dan Ketentuan Berlaku”), (2) Skema mandiri UGM dari tribunnews.com (18 April 2018, Gandeng Ugm, “Bank Mandiri Kembangkan Kredit Pendidikan”
Catatan: skenario 7-9 dengan total pinjaman sebesar 67,5 Juta rupiah adalah rata-rata jumlah pinjaman yang umum di Amerika berdasarkan Working Paper Economic Studies at Brookings oleh Susan Dynarski berjudul An Economist’s Perspective on Student Loans in the United States, (September 2014).

Dalam perhitungan yang telah dilakukan penulis, skenario 1-6 merupakan skema kredit pendidikan yang telah diterbitkan oleh beberapa perbankan. Jika dilihat dari cicilan bulanan yang merupakan hasil perhitungan kasar berdasarkan informasi nilai pinjaman, bunga, dan tenor, maka dapat dilihat bahwa cicilan yang perlu dibayarkan perbulan cukup tinggi untuk seorang mahasiswa yang baru lulus kuliah dan bekerja dengan penghasilan UMR. Tentunya hal ini disebabkan oleh adanya bunga yang cukup signifikan. Tidak ada yang salah, sebab skema ini diberikan oleh perbankan yang merupakan institusi yang berorientasi pada profit. Dengan kata lain, kredit pendidikan yang dikeluarkan oleh perbankan tidak bertujuan untuk bantuan sosial.
Dilihat dari besaran cicilan bulanan, sasaran kreditur yang ideal mengambil kredit pendidikan yang disediakan perbankan tersebut adalah kalangan menengah ke atas yang membutuhkan dana besar dalam waktu yang relatif singkat untuk membiayai pendidikan.Selain itu, skenario ini juga tidak ideal dibayarkan oleh mahasiswa itu sendiri setelah lulus kuliah atau bekerja, mengingat besarnya cicilan bulanan dari kredit tersebut. Maka skema kredit pendidikan oleh perbankan ini ditujukan untuk orangtua mahasiswa yang notabene telah memiliki penghasilan. Sekali lagi, tidak ada yang salah dengan hal ini, terlebih hal yang menyalahi undang-undang.
Beberapa mahasiswa yang tidak sepakat dengan kredit pendidikan, akan merujuk Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, pada pasal 76 ayat (1) disebutkan bahwa Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Perguruan Tinggi berkewajiban memenuhi hak asasi Manusia yang kurang mampu secara ekonomi untuk dapat menyelesaikan studinya sesuai dengan peraturan akademik. Kemduian yang menjadi sorotan publik adalah pasal (2) poin c yang menyebutkan salah satu pemenuhan hak mahasiswa adalah dengan cara memberikan pinjaman dana tanpa bunga yang wajib dilunasi setelah lulus dan/atau memperoleh pekerjaan. Perlu diingat, dalam UU tersebut, yang wajib memberikan pinjaman tanpa bunga adalah Pemerintah, Pemda, atau Perguruan Tinggi. Sementara skenario 1-6 pada tabel merupakan kredit pendidikan yang diselenggarakan oleh perbankan. Sehingga tidak ada yang salah dengan perbankan yang memberikan bunga pada kredit pendidikan.
Di Amerika sendiri, terdapat kredit pendidikan yang non-subsidi (dengan bunga) serta tersubsidi (tanpa bunga). Kredit tanpa bunga di Amerika dapat dilihat perhitungannya pada skenario 7-9. Untuk skenario 7 dengan tenor 5 tahun dapat diambil dengan cicilan sebesar Rp1.125.000 per bulan. Skenario 8 dengan tenor 10 tahun dapat diambil dengan cicilan sebesar Rp560.000 per bulan. Sementara pada skenario 9, diberlakukan kebijakan yaitu pembayaran tenor bulanan sebesar 10% dari gaji yang diperoleh. Jika diasumsikan gaji yang diperoleh sebesar Rp3.500.000, maka denga cicilan Rp350000 perbulan akan menghasilkan tenor selama 16 tahun lebih. Tentunya akan ada peningkatan penghasilan sehingga tenor dapat lebih cepat.
Untuk skenario 10 dan 11 adalah skenario kredit pendidikan tersubsidi di Indonesia dengan pinjaman diasumsikan sebesar Rp50.000.000. Dengan tenor 10 tahun dapat diambil dengan angsuran Rp416.000, sementara tenor 5 tahun diambil dengan angsuran Rp833.000. Dari besarnya cicilan, dapat dilihat bahwa skema kredit pendidikan tersubsidi ini ideal untuk ditargetkan kepada mahasiswa. Dengan penghasilan UMR setelah lulus bekerja, cicilan bulanan terbilang ideal bagi peminjam yang telah memiliki penghasilan sebesar Rp 3,5 juta saat lulus kuliah. Namun tentu saja, skenario ini belum terdapat dan belum dilaksanakan oleh pemerintah Indoensia.

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Semester 2 (BPS, 2016)

SAKERNAS (Survei Angkatan Kerja Nasional) semester 2 tahun 2016 menunjukkan rata-rata upah sesuai pendidikan terakhir seperti pada grafik diatas. Terdapat selisih antara upah SMA dengan diploma sebesar Rp800.000 dan SMA dengan sarjana sebesar Rp2.200.000. Jika selisih ini dikurangi dengan cicilan kredit pendidikan tersubsidi pada skema 10 dan 11 yaitu sebesar Rp416.000 dan Rp833.000, tentunya para lulusan diploma atau sarjana masih memiliki sisa uang yang lebih ketimbang upah yang didapat jika hanya memiliki tingkat pendidikan sampai SMA.

Kredit Pendidikan Bersubsidi oleh Pemerintah Sebagai Pemberdayaan
Subsidi merupakan bentuk dari empowerment atau pemberdayaan. Subsidi yang tepat sasaran mampu memberdayakan golongan masyarakat tertentu dalam memperluas akses terhadap suatu hal (dalam hal ini pendidikan) agar dikemudian hari masyarakat tersebut dapat mencapai keadaan yang lebih baik dan berdikari. Kredit pendidikan bersubsidi tanpa bunga tentu akan sangat ideal dilakukan dalam mendorong angka partisipasi Perguruan Tinggi, serta sebagai investasi dalam pendidikan masyarakat, terutama masyarakat golongan menengah ke bawah yang tidak mampu meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi karena keterbatasan finansial dan keterbatasan prestasi.
Kredit pendidikan bersubsidi dapat disandingkan dengan program beasiswa bidikmisi. Adapun biaya program kredit pendidikan bersubsidi cenderung akan lebih kecil mengingat angsuran yang akan dibayarkan dikemudian hari oleh mahasiswa. Biaya yang muncul bagi pemerintah adalah dari besaran valuasi uang yang hilang (nilai uang terhadap waktu akibat tidak adanya bunga). Selain itu, pemerintah juga harus memiliki kalkulasi kelaykan kredit yang baik. Pemerintah harus menargetkan kredit tersebut secara tepat untuk menghindari terjadinya default atau gagal bayar yang terakumulasi dan berdampak buruk pada keuangan negara.

Jumat, 30 Juni 2017

Essay on Poverty : Orang Miskin Tidak Malas

Jolosutro, Blitar Selatan (sumber ; Koleksi Pribadi)
Ada stigma umum yang mengatakan bahwa orang menjadi miskin karena malas. Bahkan seorang rekan mahasiswa mengamini hal tersebut. Ia berpendapat bahwa orang miskin disebabkan oleh kemalasannya dalam bekerja, dalam mencari pekerjaan, dan mencari alternatif penghasilan. Sebaliknya, stigma umum juga mengatakan bahwa orang rajin tentu akan kaya. Miskin dan kaya adalah masalah mentalitas. Mentalitas orang miskin akan mengkritik kesenjangan sosial dan minimnya kesempatan, sementara mentalitas orang kaya akan berjuang.

                Pertama – tama saya harus menyatakan bahwa saya sangat menentang pemikiran tersebut. Pemikiran yang sangat minim pengetahuan lapangan tentang luka duka kemiskinan. Saya sangat yakin bahwa orang dengan pemikiran tersebut, tidak pernah melakukan kontemplasi dan studi terhadap kenyataan kemiskinan secara indepth. Bahayanya lagi, jika stigma umum ini berkembang dan tidak dibantah, maka akan mempengaruhi perlakuan kita terhadap orang – orang miskin
.
                Seorang bapak di Surabaya, harus bekerja menarik becak dari pagi hingga sore. Malamnya, ia beralih profesi sebagai pemulung, menggunakan becaknya sebagai gerobak. Seorang kakek berusia 70 tahun, bekerja sebagai pemungut kembang, sambil memulung di malam hari, serta membuka servis jam, sementara istrinya memanfaatkan rumah reot mereka sebagai warung makan. Orang – orang ini bekerja dengan jam kerja yang tinggi, namun dengan penghasilan yang cukup untuk sekedar menyambung hidupnya, kadang kurang untuk keluarga dan anak – anak. Orang – orang ini tidak paham dengan konsep ketimpangan, GINI index, atau segala macam tetek bengek tentang kritik mengkritik kebijakan dan ketidakadilan sosial. Perjuangan hidup mereka tidak kalah keras dengan perjuangan seorang eksekutif dalam mencapai posisi CEO di perusahaan multinasional.

                Orang miskin tidak malas. Mereka giat, tekun, serta konsisten. Mereka mengerahkan semua kemampuan yang dimiliki untuk mencari alterntif penghasilan, terutama pada sektor informal. Sementara sektor formal tidak dapat mempekerjakan mereka, karena skill dan latarbelakang pendidikan menjadi kendala. Jika sehari saja mereka bermalas – malasan, tentu fatal bagi hidupnya.

        Fenomena ini adalah permasalahan yang pelik. Sebuah ketidak adilan, ketika sama besarnya tenaga dan usaha yang dikeluarkan si miskin dan si kaya, namun hasilnya jauh berbeda. Parahnya, di negara ini, hal ini terjadi secara besar – besaran. Pada Tahun 2014, 36.4%  penduduk Indonesia berada di bawah garis kemiskinan internasional $ 3.10 per hari. Angka ini cenderung membaik dibandingkan 5 tahun sebelumnya, yaitu 52.7% . Mengejutkan bahwa pada tahun 2009, setengah penduduk Indonesia tergolong miskin menurut standar dunia. Walaupun ada tren yang membaik, pemerintah sendiri menyadarai bahwa terjadi peningkatan disparitas kekayaan yang semakin tajam secara regional antar desa dan kota, maupun secara kolektif. Gini index Indonesia meningkat dari 0.32 tahun 1999, menjadi 0.41 tahun 2012.

            Lantas, jika bukan sebab mentalitas, kemalasan, atau faktor individual? Apa sebab munculnya kemiskinan? Daron Acemoglu dan James Robinson dalam buku berjudul Why Nations Fail, menjabarkan secara tuntas alasan yang menyebabkan negara gagal mensejahterakan rakyatnya. Ia memberikan perbandingan secara kolektif antara negara – negara yang sejahtera, dengan negara – negara prasejahtera. Permasalahannya bukan dari faktor geografis, kultur budaya, namun peran penguasa dalam memberikan kebijakan yang inklusif.

            Ia mencontohkan kasus Arab Spring yang diawali oleh Revolusi Jasmine tahun 2011, memicu perubahan masif di Timur Tengah, khususnya Tunisia dan Mesir. Ini disebabkan oleh lembaga dan institusi yang tidak inklusif dalam penyelenggaraan pemerintah, sehingga menyebabkan kemiskinan dan ketidakadilan sosial yang berdampak pada resesi ekonomi. Penjelasan Acemoglu dalam bukunya pada bagian pendahuluan adalah sebagai berikut,

“…….Maka pada dasarnya, hal – hal yang menahan perkembangan penduduk negara – negara ini adalah korupsi dan penyelenggaraan negara yang tidak efisien, sehingga masyarakat tidak dapat mengaktualisasikan kemampuan, ambisi, kepintarannya.”
“….. Buku ini berargumen bahwa interpretasi terhadap kemiskinan Mesir, sesuai dengan interpretasi masyarakat, merupakan penjelasan yang universal terhadap fenomena kemiskinan suatu negara, baik itu di Korea Utara, Sierra Leone, atau Zimbabwe, maupun Mesir. Sementara negara – negara kaya seperti Inggris dan Amerika, mencapai kemakmuran karena mereka telah menggulingkan pemerintah yang mengontrol kekuasaan, sehingga hak – hak politik dan kesempatan ekonomi bisa terdistribusi lebih luas.”

     Seorang supir taksi konvensional di Jakarta, mengatakan pada saya bahwa ia mampu menghasilkan pendapatan bersih sebesar Rp 3 juta dengan bekerja 12 jam sehari, selama 15 hari kerja dalam sebulan. Bahkan, jika sang supir telah bekerja selama kurun waktu tertentu, perusahaanya menyediakan fasilitas kredit rumah dan motor dengan uang muka yang sangat murah. Perusahaan mereka, dengan berbagai inovasi, mampu bersaing di dunia bisnis pengangkutan darat, shingga terjadi profit sharing yang menguntungkan antara perusahaan sebagai institusi penyelenggara dan supir taksi.

          Bandingkan dengan supir angkutan umum roda empat yang berada di kota – kota berkembang, Surabaya misalnya. Dibawah kebijakan, regulasi, dan aturan pemerintah setempat, mereka bekerja pagi hingga malam, dengan penghasilan yang semakin berkurang karena kalah bersaing dengan inovasi transportasi lainnya. Mereka terpaksa menaikkan tarif untuk menanggulangi sepinya konsumen. Pemerintah dan dinas setempat, sebagai institusi penyelenggara, belum melakukan inovasi yang optimal dalam mendobrak pasar sesuai dengan kebutuhan konsumennya. Alhasil, tidak tercapainya kesejahteraan masyarakat, baik konsumen, maupun para supir angkutan.

      Hal yang sama berlaku pada pemerintah Indonesia secara makro. Kemiskinan yang tinggi berakar pada masalah – masalah penyelenggaraan pelayanan publik di berbagai sektor, terutama pendidikan. Hal ini mengakibatkan rendahnya kemampuan dan intelektualitas masyarakat. Disisi lain, korupsi, kolusi, dan nepotisme didalam berbagai institusi baik swasta maupun pemerintah, menyebabkan kesempatan – kesempatan ekonomi tidak terdistribusi secara merata.

 Artinya, kemiskinan saat ini, adalah sebuah dampak dari rezim terdahulu yang tidak inklusif dalam menyelenggarakan pemerintah. Fenomena kemiskinan luput dari pandangan. Sementara rezim berikutnya, mulai memperbaiki dengan berbagai cara, dari konsep hit and run lewat BLT, hingga konsep pembangunan partisipatif seperti PNPM dan program dana desa. Tentunya, mengatasi kemiskinan memerlukan konsistensi dan inovasi dalam jangka panjang, namun perlu dipahami, penyelenggaraan institusi yang efisien, adil, dan inklusif adalah initial but not sufficient condition. Apapun program pengentasan kemiskinan, tanpa penyelenggaraan lembaga swasta dan pemerintah yang inklusif, tidak akan mencapai keberhasilan.

Senin, 13 Juni 2016

Fakta Angka Kemiskinan di Indonesia ; BPS vs Worldbank



Untuk dapat mengatakan bahwa seseorang tergolong miskin, ada dua jenis indikator yang lazim digunakan, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut berarti seseorang dikatakan miskin berdasarkan standar ukuran tertentu yang paten diseluruh bumi. Misal, menurut world bank, seseorang dikatakan miskin apabila hidup dibawah 2USD/hari, dan miskin parah apabila hidup dibawah 1,25 USD/hari.

Sedangkan kemiskinan relatif, adalah pengukuran kemiskinan berdasarkan standar kehidupan seseorang, dibandingkan dengan masyarakat sekitarnya. Sebab itu, pengukuran kemiskinan relatif umumnya memiliki standar dan indikator yang berbeda di tiap negara. Contohnya, menurut Sajogyo, seseorang disebut miskin di Indonesia apabila mengkonsumsi beras kurang dari 420kg/tahun untuk kota, dan 320kg/tahun untuk pedesaan. Ketentuan ini belum tentu sama dengan Singapura, Jerman, dan India.

Di Indonesia, angka kemiskinan menurut BPS menurun tiap tahunnya. Terlepas dari metode pengukuran yang sahih atau tidak di lapangan, saya bukan ahli dalam statistik. Namun dari pengalaman yang saya temui, BPS memiliki keakuratan data yang lemah. Pada satu kesempatan di salah satu kabupaten di Jawa Timur, BPS menunjukkan angka 0 pada kategori penduduk yang buta huruf di sebuah kecamatan yang terletak di kabupaten tersebut. Namun ketika saya berkesempatan untuk melakukan kegiatan bersama masyarakat desa yang bersangkutan, hampir setengah penduduk usia dewasa di desa tersebut tidak bisa baca tulis. Sejak saat itu saya meragukan keakuratan data BPS.

sumber ; bps.go.id
Tahun 2012, menurut BPS hanya ada 29 juta penduduk miskin di Indonesia menurut standar nasional. Sedangkan  world bank menunjukkan ada 104juta penduduk miskin di Indonesia di tahun yang sama, artinya hampir setengah penduduk di Indonesia tergolong miskin. Lantas mana yang lebih realistis?
Sumber ; bps.go.id

Jika kita melihat benchmarknya, BPS menggunakan batas garis kemiskinan sebesar RP 308.826 per bulan. Untuk mendapatkan angka perkapita per hari, maka Rp 308.826/30 = Rp 10.294 garis kemiskinan untuk kota. Sedangkan Garis kemiskinan per hari di desa adalah Rp 275.779/30 = Rp 9.126. Angka ini adalah batas kemiskinan relatif, atau Poverty headcount ratio national. Kesimpulannya, menurut BPS seseorang tergolong miskin jika hidup dibawah 10ribu rupiah per hari di kota, dan 9ribu rupiah per hari di desa.



Sedangkan data worldbank menggunakan indikator kemiskinan internasional yaitu 3,10 USD per hari. Atau sekitar 28ribu rupiah/hari. Sedangkan extreme poverty adalah 1,9USD setara dengan 17ribu rupiah/hari. Ini adalah indikator kemiskinan absolut yang batas kemiskinannya sama di seluruh negara. Batas kemiskinan menurut worldbank sebesar 28ribu/hari lebih masuk akal bagi saya, ketimbang batas kemiskinan BPS sebesar 10rb/hari.

Maka, faktanya tahun 2012 ada sekitar 104 juta penduduk miskin di Indonesia yang hidup dibawah 28ribu rupiah dalam sehari. Angka ini apabila dibayangkan secara realistis, tentu masuk akal.

Katakanlah seorang pekerja pabrik dengan UMR 2,5 juta/bulan, dan istri dengan penghasilan 600 ribu/ bulan sebagai tukang cuci. Mereka ikut program KB dan punya 2 orang anak. Sehingga total penghasilan rumah tangga sebesar Rp 3,1 juta/bulan. Ada 4 orang anggota keluarga, sehingga masing - masing dihitung sebesar Rp 775 ribu/bulan. Untuk mendapat angka per hari, Rp775.000/30 = Rp25.833 per hari. Angka ini berada dibawah garis kemiskinan, tak heran hampir setengah penduduk Indonesia tergolong miskin menurut world bank.

Saya rasa, untuk seorang yang hidup merantau sendirian, 25 ribu per hari adalah jumlah yang sangat minimum dan subsisten untuk bertahan hidup. Untuk makan sehari 2x, tanpa tempat tinggal dan pakaian yang melekat di baju. Lalu bagaimana denga data BPS yang menyebutkan batas 10ribu/hari untuk kota? Saya rasa saya akan mati dalam 2 minggu.

Ini menjadi sebab, mengapa penanggulangan kemiskinan tidak menjadi fokus utama pemerintah. Data yang digunakan menghasilkan angka yang terlalu kecil dan tidak realistis. Masyarakat di berbagai lini tidak menyadari betapa kronisnya masalah kemiskinan di Indonesia.




Saya tidak berbicara banyak tentang bagaimana permasalahan kemiskinan secara deskriptif, sangat beragam penyebab dan dampak dari kemiskinan itu sendiri yang begitu kompleks di era perdagangan bebas ini. Penanggulangan kemiskinan selama ini tidak mampu menyaingi percepatan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan kemiskinan itu sendiri. Ini mengindikasikan kebijakan yang diambil pemerintah belum efektif dan efisien dalam penanggulangan kemiskinan.

Kebijakan yang tidak efisien dan efektif umumnya disebabkan karena analisis masalah yang kurang baik. Jangankan analisis masalah, proses pengumpulan data yang realistis saja belum dapat kita capai. Ditambah lagi, orientasi perekonomian Indonesia yang mengejar pertumbuhan tinggi, dengan harapan pertumbuhan ekonomi tersebut dapat mengurangi angka kemiskinan. Pemikiran ini adalah metode pembangunan ekonomi yang sudah usang, dikenal dengan The Capital Growth Theory. Dipakai oleh negara - negara barat pada tahun 1950 - 1970an, dampaknya adalah peningkatan disparitas atau ketimpangan ekonomi. Terbukti pertumbuhan ekonomi tinggi dibarengi dengan koefisien gini indeks yang terus mengalami peningkatan di Indonesia, China, serta India.

Sekali lagi, proses pengambilan kebijakan terhadap kemiskinan perlu diawali dengan analisis masalah, dan analisis memerlukan data. Data yang tidak realistis dan objektif, akan memberikan analisis yang bias. Kemudian analisis yang bias akan menyebabkan pengambilan kebijakan yang tidak sesuai dengan realita. Sepertinya penanggulangan kemiskinan di Indonesia belum terasa maksimal, mengutip Prof. Sri Edi Swasono, "Pembangunan di Indonesia bukan menggusur kemiskinan, tapi menggusur orang miskin."

Minggu, 27 Maret 2016

Perbedaan atheis dan agnostik? dan pertanyaan untuk mereka

Era semakin modern, kehidupan makin sekuler, teknologi makin membuai manusia. Makin hari saya makin sering menemui pemikiran - pemikiran kritis filosofis yang menentang konsep - konsep keagamaan dan ketuhanan.

Muncul istilah atheis dan agnostik, banyak awam yang kemudian terbingungkan oleh pemikiran - pemikiran filosofisnya. Saya coba jelaskan beberapa aliran, namun terlebih dahulu kita harus mengerti arti dari atheis dan agnostik secara etimologis untuk mempermudah pemahaman.

Agnostik
berasal dari bahasa Yunani "gnostein" atau "gnosis" yang artinya mengetahui, atau pengetahuan. Sedangkan "a" maknanya adalah tidak. Sehingga, secara umum agnostik adalah orang yang tidak mengetahui. Orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang suatu hal. 
Maka dalam konteks ketuhanan, orang - orang yang mengklaim dirinya sebagai agnostik, artinya tidak memiliki pengetahuan tentang keberadaan Tuhan. Seorang agnostik meyakini bahwa pemikiran manusia tidak bisa membuktikan bahwa Tuhan ada atau tidak. Dapat dikatakan, golongan agnostik adalah golongan orang yang kebingungan dan belum mendapatkan cara atau pembuktian.
Menghilangkan huruf a dalam kata agnostik, maka gnostik artinya memiliki pengetahuan, atau mempunyai pembuktian tentang ada tidaknya ketuhanan.

Atheis
juga berasal dari bahasa Yunani, sebuah pandangan yang meyakini bahwa Tuhan itu tidak ada. Orang - orang yang mengklaim dirinya ateis berarti meyakini betul bahwa tidak ada yang namanya Tuhan, terlepas dari cara dan pembuktiannya.
Kebalikannya, theis adalah pandangan yang meyakini adanya Tuhan, terlepas hal itu dapat dibuktikan atau tidak.

Dari dua istilah ini, dapat dibagi menjadi 6 aliran orang pada umumnya ;
1. Atheis ; Tidak percaya adanya Tuhan
2. Theis ; Percaya adanya Tuhan
3. Agnostik ; Tidak bisa membuktikan Tuhan ada atau tidak, dia ragu atau tak peduli
4. Atheis Gnostik ; Tidak percaya adanya Tuhan, dan mampu membuktikan Tuhan tidak ada.
5. Atheis Agnostik ; Tidak percaya adanya Tuhan, tapi tidak mampu membuktikan ketiadaan Tuhan.
6. Theis Gnostik ; Percaya adanya Tuhan, dan mampu membuktikan bahwa Tuhan ada.
7. Theis Agnostik ; Percaya adanya Tuhan, tapi tidak mampu membuktikan Tuhan ada atau tidak.

Kira - kira begitulah penjelasan singkat mengenai stereotype pandangan manusia terhadap konsep ketuhanan secara umum.

Perlu dicatat, percaya atau tidak, mampu membuktikan atau tidak, bukan berarti mereka berkelakuan seperti binatang. Kasarannya, Belum tentu orang yang taat beragama, berkelakuan lebih baik dari pada orang yang tak beragama.

Namun yang saya sayangkan dari beberapa orang - orang yang terjerumus dalam filsafatnya sendiri, pada umumnya mereka mencoba berfikir kritis terhadap tulisan - tulisan di kitab - kitab agama, ditelan dan dicerna mentah - mentah. Sedangkan bahasa dalam kitab - kitab adalah bahasa yang klise, bahasa puitis. Tidak bisa dicerna dengan cara yang sama ketika kita mencerna jurnal ilmiah. Sehingga perlu ada intuisi yang bermain. Rasionalisasi dan intuisi perlu diletakkan dan digunakan pada waktu dan tempat yang tepat.

Tapi kembali lagi, doktrin agama dan konsep ketuhanan adalah hal yang bersifat transendental. Kebebasan seorang manusia untuk menganut atau tidak menganut agama, untuk percaya atau tidak percaya. Bahkan agama yang sama pun dapat menjadi suatu hal yang berbeda bagi dua orang penganutnya. Katakanlah si Rose dan Mark menganut agama "X", saya yakin pemahaman mereka tentang agama X tidak 100% sama. Itulah mengapa agama dan ketuhanan adalah sesuatu yang pribadi dan transendental. Untuk masing - masing individu, dan bebas penggunaannya, namun pertanggungjawaban ada pada dirinya sendiri.

Pertanyaan untuk para atheis dan agnostik
Saya sendiri adalah seorang Theis Gnostik, dan ketika berdiskusi dengan teman teman atheis dan agnostik, saya punya pertanyaan yang selalu tak sempat diutarakan ataupun dijawab, kurang lebih seperti ini;

Terlepas dari berbagai macam filosofis filosofis aneh, lepaskan dulu itu semua.

Di dunia ini selalu ada dua hal, kiri kanan, tinggi rendah, hitam putih, pahit manis, besar kecil, baik buruk, pandai bodoh. Dan ada sinonimnya. Sinonim pandai adalah pintar. Sinonim bodoh adalah dungu. Sinonim pandai berlawanan dengan sinonim bodoh.
Nah, kurang lebih seperti ini, ANDAIKATA, kenyataannya setan dan sejenisnya itu ada, ANDAIKATA, kenyataannya iblis dan kroninya itu ada, dan perbuatan mereka adalah keburukan, malapetaka, dan penjerumusan manusia serta segala hal negatif lainnya, apakah kalian akan percaya antonimnya?
singkatnya

 "kalau saya bisa menunjukkan setan dan tingkahnya di depan mata kepala kalian, apa kalian akan percaya dengan konsep ketuhanan? Atau minimal mulai menghilangkan sikap skeptisme ilmiah?"

Tapi ya kembali lagi, semuanya adalah urusan masing - masing. Nanum hakikatnya manusia hidup bersosial adalah saling berbagi, tidak ada salahnya berbagi hal yang paling dalam dan transendental sekalipun. Kesediaan berbagi atau tidak adalah pilihan. Dan pendirian terhadap pilihan, idealisme adalah sesuatu yang saya hormati.

Salam.

Seorang ex-agnostik

Senin, 14 Maret 2016

Bagian Kecil Semesta ; Waktu dan Perubahan

Hampir 6 tahun aku belum kesini lagi. Aku lihat overview blog, ternyata masih ada 700an visit ke sini bulan lalu. Memang dulu rata - rata postingan nya sampah, karena tujuannya mencari rating, cari pengunjung, cari uang pakai iklan. Jadi mohon maap, blog ini tidak akan lagi menghibur seperti acara on the spot, atau YKS, yang fun dan menarik, tapi gak berguna, tolol, dan wasting time.

Begini, wahai pengelana dimensi maya,

Ibarat gurun Kalahari yang dihembus angin tiap waktu, bentuknya selalu berubah. Grand Canyon dimakan suhu tiap masa, dia rapuh, tapi makin terlihat perkasa dan antik. Macam Gunung Kelud dibakar lahar diantara zaman, dia meletus. 

Begitu juga orang. Dia berubah, karena angin yang makin kencang seiring tingginya pohon. Dia rapuh, tak segembira anak - anak lagi. Dia memanas, dapur magma di kepala semakin matang. Perubahan tiba bukan karena waktu, tapi karena hal - hal yang berangkat dengan waktu.

Pengelana dimensi maya, paham kau? Waktu tidak merubah apa - apa. Tapi lagi kutekankan, apa yang datang bersama waktu yang merubah orang, merubah dunia, merubah dunia seseorang.

Jangan diam dan berharap pada waktu. Dia buta dan menggilas. Jangan bilang 'biar waktu yang menjawab'. Waktu itu bisu. Jawaban hanya datang karena yang bertanya mencari, dan atau si penjawab berkeinginan menjawab.

Mengerti? Luangkan waktumu, baca pelan - pelan. Renungkan kata per kata kalau kau masih bingung dan belum paham maksud kepalaku. Bung Hatta bilang, membaca tanpa merenungkan ibarat makan tanpa mencerna. 

Atau muak? Silahkan jangan datang lagi. Karena postingan ini pengenalan aku yang kembali pulang ke tempat mainku 6 tahun yang lalu. Dulu mungkin aku tulis tentang air kencing kumur untuk obat sakit gigi, atau tentang foto - foto ekstrim perang sampit, atau anak berbadan hijau dari inggris yang dianggap alien. Sensasional memang, kontroversial pula, tapi hanya orgasme keantusiasan. Yang dibaca sekali, senang sebentar, lalu lupa esok hari.

Nah, pengelana dunia maya, sekarang aku lagi belajar berbagai sesuatu yang boleh diingat orang lain, minimal agak lama. Bukan sekedar orgasme keantusiasan sesaat. Tapi sesuatu yang bisa mengilhami, lewat baca dan renung. Tentang hal - hal yang mavericks/iconoclastic (lawan arah dengan pandangan orang). Apa yang kubilang, sering lain dari mata pandang kebanyakan orang. Kalau kuucap, orang tak mau terima, orang tak mau dengar. Sebab jaman sekarang, orang samakan diskusi dan debat. Padahal diskusi itu saling isi supaya kau bisa liat dari tiap sudut. Lain debat, saling adu dan mematahkan tiap sudut orang berdiri memandang.

Yang ada disini, mungkin hal - hal yang tak akan kau dengar dari kebanyakan orang di dunia nyata. Bukan dari aku, aku hanya berusaha menterjemahkan data, dari alam, dari penghuninya. Suara - suara yang tak kedengaran, aku coba perdengarkan.

Makanya, baik kutulis saja. Biar tak didebat. Biar akupun tak lupa. Biar kalau aku mati, ada bagianku yang masih hidup. Pikiranku hidup di dunia maya. Jiwa ku hidup di dunia orang mati. Bangkaiku menghidupi belatung kelaparan di dunia nyata ini, aku ada di tiga dunia berbeda. Dan ketiganya ada disela sela waktu.

Rahayu.

Rabu, 28 April 2010

Pernahkah Anda Bersyukur?

mungkin pernah, saat kita tiba di rumah, sepulang sekolah, sepulang kerja, dll.. kita lihat di atas meja makan cuma ada tahu ama tempe bacem, plus sayur singkong...
langsung kita ngeluh.. "alah, tiap hari maka gini mulu, kaya ga ada makanan lain aja di dunia ini"

sobat, pernahkah kamu berpikir ketika kamu mengucapkan itu, mungkin ada orang yang mati di luar sana karena kelaparan..

misalnya seperti mereka di bawah ini..








di gambar terakhir... nampak seekor burung pemakan bangkai yang sedang menunggu anak kecil yang akan mati karena kelaparan itu..

sobat...
sudahkah kamu bersyukur hari ini?

Rabu, 09 Desember 2009

Mengirim SMS gratis ke semua operator tanpa bayar!!!

Short Message Service atau biasa disingkat SMS merupakan sebuah layanan yang banyak diaplikasikan pada sistem komunikasi tanpa kabel (wireless), memungkinkan dilakukannya pengiriman pesan dalam bentuk alphanumeric antara terminal pelanggan atau antar teminal pelanggan dengan sistem eksternal, seperti e-mail, paging, voice mail, dan lain-lain.


Sifat transmisi SMS yang merupakan short burst membuat jenis aplikasi yang memanfaatkan SMS biasanya berupa aplikasi pengiriman data yang ringkas dan pendek. Sifat perangkat SMS yang mobile dan dapat mengirimkan informasi dari mana saja selama masih dalam cakupan layanan opertaor, memunculkan aplikasi lapangan dimana informasi-informasi yang dikumpulkan dari lapangan dikirim secara berkala kepada pusat pengolahan informasi.





ok, cukup penjelasannya,
langsung ke topik bacaan.. bagaimana bisa mengirim SMS gratis?
ini adalah cara yang sangat mudah,
kamu tidak perlu mengetahui cryptograph, hacking, networking dan lainnya untuk mengirim SMS gratis ini!!
percayalah! 100% ampuh!



Caranya sangat mudah!
1. Kamu harus berada di tempat ramai dan di tengah tengah orang yang kamu kenal supaya jaringannya bagus. (emang ada hubungannya gitu?)
2. Berdoalah terlebih dahulu sebelum memulai praktek, semoga Tuhan berbaik hati.
3. Pinjamlah telepon genggam milik temanmu dan SMS sepuasnya. (GRATIS KAN?) pulsa telepon genggam milikmu tidak akan berkurang! coba cek kalau tidak percaya.
4. Kalau Tuhan memberkati, temanmu akan meminjamkan SMSmu.





note : pastikan temanmu punya pulsa.. jangan kirim SMS terlalu banyak kalau tidak mau kena tampar..





selamat mencoba..^^





~by : Sakti_aCHiNLaw

Popular Posts