Muncul istilah atheis dan agnostik, banyak awam yang kemudian terbingungkan oleh pemikiran - pemikiran filosofisnya. Saya coba jelaskan beberapa aliran, namun terlebih dahulu kita harus mengerti arti dari atheis dan agnostik secara etimologis untuk mempermudah pemahaman.
Agnostik
berasal dari bahasa Yunani "gnostein" atau "gnosis" yang artinya mengetahui, atau pengetahuan. Sedangkan "a" maknanya adalah tidak. Sehingga, secara umum agnostik adalah orang yang tidak mengetahui. Orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang suatu hal.
Maka dalam konteks ketuhanan, orang - orang yang mengklaim dirinya sebagai agnostik, artinya tidak memiliki pengetahuan tentang keberadaan Tuhan. Seorang agnostik meyakini bahwa pemikiran manusia tidak bisa membuktikan bahwa Tuhan ada atau tidak. Dapat dikatakan, golongan agnostik adalah golongan orang yang kebingungan dan belum mendapatkan cara atau pembuktian.
Menghilangkan huruf a dalam kata agnostik, maka gnostik artinya memiliki pengetahuan, atau mempunyai pembuktian tentang ada tidaknya ketuhanan.
Atheis
juga berasal dari bahasa Yunani, sebuah pandangan yang meyakini bahwa Tuhan itu tidak ada. Orang - orang yang mengklaim dirinya ateis berarti meyakini betul bahwa tidak ada yang namanya Tuhan, terlepas dari cara dan pembuktiannya.
Kebalikannya, theis adalah pandangan yang meyakini adanya Tuhan, terlepas hal itu dapat dibuktikan atau tidak.
Dari dua istilah ini, dapat dibagi menjadi 6 aliran orang pada umumnya ;
1. Atheis ; Tidak percaya adanya Tuhan
2. Theis ; Percaya adanya Tuhan
3. Agnostik ; Tidak bisa membuktikan Tuhan ada atau tidak, dia ragu atau tak peduli
4. Atheis Gnostik ; Tidak percaya adanya Tuhan, dan mampu membuktikan Tuhan tidak ada.
5. Atheis Agnostik ; Tidak percaya adanya Tuhan, tapi tidak mampu membuktikan ketiadaan Tuhan.
6. Theis Gnostik ; Percaya adanya Tuhan, dan mampu membuktikan bahwa Tuhan ada.
7. Theis Agnostik ; Percaya adanya Tuhan, tapi tidak mampu membuktikan Tuhan ada atau tidak.
Kira - kira begitulah penjelasan singkat mengenai stereotype pandangan manusia terhadap konsep ketuhanan secara umum.
Perlu dicatat, percaya atau tidak, mampu membuktikan atau tidak, bukan berarti mereka berkelakuan seperti binatang. Kasarannya, Belum tentu orang yang taat beragama, berkelakuan lebih baik dari pada orang yang tak beragama.
Namun yang saya sayangkan dari beberapa orang - orang yang terjerumus dalam filsafatnya sendiri, pada umumnya mereka mencoba berfikir kritis terhadap tulisan - tulisan di kitab - kitab agama, ditelan dan dicerna mentah - mentah. Sedangkan bahasa dalam kitab - kitab adalah bahasa yang klise, bahasa puitis. Tidak bisa dicerna dengan cara yang sama ketika kita mencerna jurnal ilmiah. Sehingga perlu ada intuisi yang bermain. Rasionalisasi dan intuisi perlu diletakkan dan digunakan pada waktu dan tempat yang tepat.
Tapi kembali lagi, doktrin agama dan konsep ketuhanan adalah hal yang bersifat transendental. Kebebasan seorang manusia untuk menganut atau tidak menganut agama, untuk percaya atau tidak percaya. Bahkan agama yang sama pun dapat menjadi suatu hal yang berbeda bagi dua orang penganutnya. Katakanlah si Rose dan Mark menganut agama "X", saya yakin pemahaman mereka tentang agama X tidak 100% sama. Itulah mengapa agama dan ketuhanan adalah sesuatu yang pribadi dan transendental. Untuk masing - masing individu, dan bebas penggunaannya, namun pertanggungjawaban ada pada dirinya sendiri.
Pertanyaan untuk para atheis dan agnostik
Saya sendiri adalah seorang Theis Gnostik, dan ketika berdiskusi dengan teman teman atheis dan agnostik, saya punya pertanyaan yang selalu tak sempat diutarakan ataupun dijawab, kurang lebih seperti ini;
Terlepas dari berbagai macam filosofis filosofis aneh, lepaskan dulu itu semua.
Di dunia ini selalu ada dua hal, kiri kanan, tinggi rendah, hitam putih, pahit manis, besar kecil, baik buruk, pandai bodoh. Dan ada sinonimnya. Sinonim pandai adalah pintar. Sinonim bodoh adalah dungu. Sinonim pandai berlawanan dengan sinonim bodoh.
Nah, kurang lebih seperti ini, ANDAIKATA, kenyataannya setan dan sejenisnya itu ada, ANDAIKATA, kenyataannya iblis dan kroninya itu ada, dan perbuatan mereka adalah keburukan, malapetaka, dan penjerumusan manusia serta segala hal negatif lainnya, apakah kalian akan percaya antonimnya?
singkatnya
"kalau saya bisa menunjukkan setan dan tingkahnya di depan mata kepala kalian, apa kalian akan percaya dengan konsep ketuhanan? Atau minimal mulai menghilangkan sikap skeptisme ilmiah?"
Tapi ya kembali lagi, semuanya adalah urusan masing - masing. Nanum hakikatnya manusia hidup bersosial adalah saling berbagi, tidak ada salahnya berbagi hal yang paling dalam dan transendental sekalipun. Kesediaan berbagi atau tidak adalah pilihan. Dan pendirian terhadap pilihan, idealisme adalah sesuatu yang saya hormati.
Salam.
Seorang ex-agnostik